Jakarta – Mengisap rokok elektrik atau vape kerap dianggap sebagai alternatif aman merokok meski pakar tidak sependapat. Rokok elektrik atau biasa sama-sama mengandung nikotin. Hanya saja, zat pada tembakau membuat kecanduan dan mengakibatkan orang sulit berhenti merokok.
Jika Anda berusaha berhenti mengisap vape, atau membantu orang terdekat berhenti, simak dulu pendapat pakar berikut. “Tak pernah ada kata terlambat untuk berhenti,” ujar Tracy Smith, pengajar kedokteran di Universitas Carolina Selatan kepada USA Today.
Nikotin memang bikin kecanduan dan tak mudah disingkirkan. Banyak pakar kesehatan yang menyarankan membuat rencana untuk berhenti, termasuk mengurangi zat adiktif itu secara perlahan, dibarengi dengan konsultasi ke pakar.
“Upaya berhenti mengisap vape sama dengan berhenti merokok. Kita tahu untuk merokok, kombinasi konsultasi dan pengobatan telah terbukti yang terbaik,” jelas Dr. Alejandra Ellison-Barnes, asisten dosen kedokteran di Klinik Perawatan dan Skrining Kanker John Hopkins.
“Buat yang sudah beralih dari rokok biasa ke vape, mereka tak boleh kembali lagi ke rokok tembakau karena dampaknya akan lebih buruk,” tambahnya.
Berbagai risiko kesehatan
Perokok tembakau berisiko 25 kali lebih tinggi terkena kanker paru, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Mengisap rokok elektrik juga dikaitkan dengan kanker paru dan asma, menurut penelitian dari John Hopkins Medicine pada 2020.
Selain masalah paru-paru, riset juga menunjukkan nikotin yang ada pada rokok biasa dan vape, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung sehingga menambah risiko terkena serangan jantung. CDC juga menyebut perokok tembakau 2-4 kali lebih mungkin terkena penyakit jantung koroner dan stroke.